Rabu, 03 Juni 2015

Kontrol Diri, Prasangka Baik dan Persaudaraan

2. Isi Kanungan Hadits tentang Kontrol Diri, Prasangka Baik dan Persaudaraan
Beberapa makna yang terkandung dalam hadits tentang kontrol diri, prasangka baik dan persaudaraan antara lain sebagai berikut :
a.    Orang yang kuat adalah orang yang kuat menahan amarahnya walaupun ia dapat meluapkannya. Allah SWT. Akan memberikan pahala yang besar bagi orang yang dapat menahan amarahnya dengan memasukannya ke dalam surga dan menyuruhnya untuk memilih bidadari sesuka hatinya.
b.    Hendaknya kaum muslimin menjauhi dari berburuk sangka kepada orang lain karena perbuatan tersebut adalah perbuatan dusta. Berburuk sangka kepada orang lain dapat menimbulkan kedengkian, kebencian, dan permusuhan.
c.    Orang muslim dengan muslim lainnya adalah bersaudara. Keduanya bagaikan satu anggota tubuh jika anggota tubuh yang satu merasa sakit maka anggota tubuh lainnya juga akan merasakan sakit seorang muslim haruslah mempunyai rasa persaudaraan yang kuat, sehingga apabila seorang muslim mendapat musibah, maka muslim yang lain juga ikut merasakan penderitaan tersebut dan tergerak hatinya untuk membantu.

3. Perilaku yang Mencerminkan Hadits tentang Kontrol Diri, Prasangka Baik dan Persaudaraan
Perilaku yang mencerminkan hadits tentang kontrol diri, prasangka baik dan persaudaraan antara lain sebagai berikut :
a.    Tidak menghina dan melecehkan orang lain agar tidak dihina dan dilecehkan orang lain
b.    Memperbanyak ibadah dan mennuntut ilmu agar hati menjadi tenang dan damai
c.    Mempererat hubungan silaturahmi dengan teman. Dengan mempererat silaturahmi dapat menimbulkan ukhuah yang lebih tinggi
d.    Membantu meringankan beban orang lain. Membantu orang lain dapat dilakukan dengan mengajaknya untuk melakukan kebaikan dan mengingatkannya ketika melakukan kesalahan

 4. Manfaat dan Hikmah Kontrol Diri (Mujahadah An-nafs), Prasangka Baik (Husnuzan)  dan Persaudaraan (Ukhuwah)

Kontrol diri adalah perjuangan sungguh-sungguh atau jihad melawan ego atau nafsu pribadi. Perjuangan ini dilakukan karena nafsu memiliki kecendrungan untuk mencari pelbagai kesenangan dan mengabaikan kewajiban. Adapun prasangka baik adalah berprasangka baik terhadap keputusan /takdir Allah. Berprasangka baik akan mendatangkan ketenangan dan kedamaian hati serta dapat meningkatkan persaudaraan.

Persaudaraan dalam bahasa arab adalah ukhuwah yang berasal dari kata  akhun yang artinya berserikat atau bersaudara. Ada empat macam ukhuwah dalam islam
a.    Ukhuwah ubudiyyah : persaudaraan karena sesama makhluk yang tunduk
kepada Allah SWT.
b.    Ukhuwah insaniyah : seluruh umat manusia adalah berasal dari seorang ayah dan seorang ibu.
c.    Ukhuwah wathiniyyah wa nasab :  persaudaraan dalam keturunan dan kebangsaan.
d.    Ukhuwah fi din Al-islam : persaudaraan antar sesame muslim

Kontrol diri, prasangka baik, persaudaraan banyak mengandung hikma diantaranya sebagai berikut :
1.    Dapat meminimalis akibat negative dari perbuatan yang dilakukan karena dipertimbangkan dengan matang
2.    Berusaha berbuat yang baik karena dipertanggungjawabkan dihadapan Allah.
3.    Tidak cepat bereaksi terhadap berbagai  permasalahan yang timbul
4.    Optimis
5.    Hidup menjadi tenang dan damai
6.    Terhindar dari sifat iri, dengki, takabur, bermusuhan dan tidak rela dengan takdir Allah
7.    Menumbuhkan sifat peduli, santun, pemaaf, dan tidak emosional
8.    Banyak teman
9.    Ukhuwah menciptakan persatuan
10. Ukhuwah menciptakan kekuatan
11. Ukhuwah menciptakan cinta dan kasih sayang

Kamis, 28 Mei 2015

Hubungan Islam dengan Ilmu


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

 

            Seluruh konsep kehidupan telah ada pada islam yang bersumber pada Al-qur’an dan Hadits. Banyak orang diluar islam yang menerapkan suatu nilai yang konsepnya telah ada pada islam. Contohnya tentang kebersihan banyak orang yang menerapkan kebesihan seperti negara jepag, negara ini termasuk negara paling bersih dari sampah tetapi justru banyak orang islam sendiri yang tidak menerapkan kebersihan.

 Pada masa sekarang, masa dimana globalisasai tidak bisa dihindari, akan tetapi adanya perkembangan zaman itulah yang harus diterima dengan cara apapun. Ilmu pengetahuan bagi manuasia merupakan suatu hal yang penting untuk kelanjutan eksistensinya dan untuk mempertahankan hidupnya. waktu dan masa itu ditentukan oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu Allah SWT membekali manusia dengan ilmu pengetahuan agar dapat mengatur dan mengolah bumi untuk kepentingan seluruh umat manusia.

            Untuk itu kita perlu mengkaji dan memahami nilai-nilai yang ada di Al-Qur’an dan menerapkannya dalam kehidupan kita. Untuk lebih jelasnya berikut ini kami akan menguraikannya dalam makalah ini dengan pembahasan Islam sebagai Agama dan perannya dalam kehidupan.

 

 

 

 

 

1.2. Rumusan Masalah

 

          Berdasarkan uraian latar belakang di atas, pemakalah merumuskan masalah, diantaranya ialah :

 

1.    Apa hubungannya Islam dengan Ilmu

2.    Bagaimana peran agama islam dalam kehidupan?

 

 

 

1.3. Tujuan Penulisan

 

          Berdasarkan dengan masalah yang telah dirumuskan, tujuan penulis adalah :

 

1.    Untuk menyelesaikan makalah ini

2.    Agar menambah wawasan  dan paham peran agama islam dalam kehidupan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

                                         

 

 

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Hubungan Tauhid dengan Ilmu

        Membahas mengenai Iman pasti berbicara mengenai Ilmu karena seseorang beriman tentu dengan Ilmu tidak mungkin seseorang beriman tanpa ilmu. Karena iman dan ilmu adalah sesuatu yang berbeda tetapi tidak bisa untuk dipisahkan. Karena iman itu adalah keyakinan yang meresap pada diri seseorang sedangkan ilmu adalah suatu pengetahuan yang mendasar agar semakin kuat dan kokoh keyakinan tersebut.

Allah SWT berfirman dalam surat Al-Hajj ayat 65 yang artinya :

           “Tidakkah engkau memperhatikan bahwa Allah menundukan bagimu (manusia) apa yang ada di bumi, dan kapal yang berlayar di lautan dengan perintahnya. Dan dia menahan (benda-benda langit) agar tidak jatuh ke bumi, melainkan dengan izinnya? Sungguh Allah maha pengasih, maha penyayang kepada manusia”. 

Nur Kholis Mdjid membuat teori Taskhir [1]

Table 1

Tauhid
Alam harus tunduk kepada Manusia
 Menguasai alam berarti menguasai hukum alam
IPTEK dikembangkan berdasarkan hukum alam
Syirik
Tunduk kepada alam
Berarti dikuasai alam
Kehidupan yang tunduk kepada alam berarti identik dengan kebodohan, kemiskinan, danketerbelakangan

           Apabila tunduk kepada selain Allah berarti manusia menyalahi fungsinya sebagai khalifah, tunduk kepada selain Allah berarti tunduk kepada alam, tunduk kepada alam berarti syirik.

 Allah SWT berfirman dalam surat Luqmaan ayat 20 yang artinya :

“Tidakkah kamu memperhatikan bahwa Allah telah menundukan bagimu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi untuk (kepentiangan)mu dan menyempurnakan nikmatnya untukmu lahir dan batin. Tetapi diantara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah  tanpa petunjuk dan ilmu dan tanpa kitab yang memberi penerangan”.

 

           Ketika manusia bertauhid kepada Allah dengan bertaqwa semuanya Allah tundukan baik yang ada di langit maupun yang ada di bumi dalam arti dijadikannya manusia itu sebagai khalifah dimuka bumi ini untuk mengatur kelestarian alam dengan ilmu-ilmu yang mereka miliki

 

 

2.2 Peran Dan Fungsi Agama dalam Kehidupan

Ada beberapa alasan tentang mengapa agama itu sangat penting dalam kehidupan manusia, antara lain adalah :[2]

v  Karena agama merupakan sumber moral

v  Karena agama merupakan petunjuk kebenaran

v  Karena agama memberikan bimbingan rohani bagi manusia baik di kala suka, maupun di kala duka.

Manusia sejak dilahirkan ke dunia ini dalam keadaan lemah dan tidak berdaya, serta tidak mengetahui apa-apa sebagaimana firman Allah dalam Q. S. al-Nahl (16) : 78 yang Artiinya :

“Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak tahu apa-apa. Dia menjadikan untukmu pendengaran, penglihatan dan hati, tetapi sedikit di antara mereka yang mensyukurinya.”

Dalam keadaan yang demikian itu, manusia senantiasa dipengaruhi oleh berbagai macam godaan dan rayuan, baik dari dalam, maupun dari luar dirinya. Godaan dan rayuan dari dalam diri manusia dibagi menjadi dua bagian, yaitu

v  Godaan dan rayuan yang berusaha menarik manusia ke dalam lingkungan kebaikan, yang menurut istilah Al-Gazali dalam bukunya ihya ulumuddin disebut dengan malak Al-hidayah yaitu kekuatan-kekuatan yang berusaha menarik manusia kepada hidayah ataukebaikan.

v  Godaan dan rayuan yang berusaha memperdayakan manusia kepada kejahatan,yang menurut istilah Al-Gazali dinamakan malak al-ghiwayah, yakni kekuatan-kekuatan yang berusaha menarik manusia kepada kejahatan

Disinilah letak fungsi agama dalam kehidupan manusia, yaitu membimbing manusia kejalan yang baik dan menghindarkan manusia dari kejahatan atau kemungkaran.

 

 

 

 

 

 

2.3 Sosialisasi dan Inkulturasi Nilai-Nilai Agama

            Paradigma pemikiran pentingnya peranan agama atau implementasi asas iman dan takwa dalam pembangunan karena yang beragama adalah manusia sebagai makhluk sosial sekaligus sebagai subyek dan obyek pembangunan. Karena itu agama dan masyarakat mempunyai jalinan erat dan saling mempengaruhi satu sama lain.

            Agama adalah sumber nilai dan norma yang bersifat universal yang dapat membentuk sikap dan perilaku seseorang dalam menghadapi dunia nyatanya. Disinilah peran agama. Bahkan dikatakan bahwa manusia sebagai makhluk sosial belum menjadi manusia sepenuhnya tanpa agama (Nilsen, 1980: 9).[3] Dalam perspektif Al-Quran dinyatakan bahwa kualitas kemanusiaan manusia beriman terletak pada keimanan dan ketakwaannya. Allah berfirman dalam surat Al-Hujarat ayat  13 yang artinya :

“…..sungguh, yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa. Sungguh Allah maha mengetahui, maha teliti”

.           Manusia takwa adalah manusia yang mampu memimpin dan mengendalikan diri untuk melaksanakan perintah Allah, mampu memimpin dan mengendalikan diri untuk tidak melakukan larangannya baik yang berhubungan dengan Allah maupun berkaitan dengan urusan dunia. Untuk mencapai predikat takwa maka perlu upaya menyerasikan atau mengintegrasikan dimensi keyakinan (tauhid), dimensi peribadatan (syariah), dimensi akhlak (etika) dan dimensi keduniaan (muamalah) yang terdapat dalam ajaran Islam dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Karakteristik iman sebagai fondasi ajaran agama akan membentuk manusia beriman. Manusia beriman mengimplementasikan hablumminallah dan hablumminannas secara seimbang dan terpadu dalam kehidupan sehari-hari.

          

           Untuk itu ajaran agama perlu dipelajari, diketahui, diyakini dan dihayati secara utuh dan diamalkan dalam kehidupan baik secara individual maupun secara kolektif, baik dalam kehidupan bermasyarakat maupun berbangsa dan bernegara. Dalam shalat contohnya ketika kita duduk tasyahud akhir mengucapkan salam maksudnya setelah hablumminallah kita lakukan setelh itu kita melakukan hablumminnanas dengan baik seperti saling memberi salam, saling menghormati satu sama lain agar tercipta hubungan yang harmonis antara anggota masyarakat.

           Tetapi justru banyak pada umat islam sendiri yang tidak menerapkan nilai-nilai yang telah ada, yang perlu ditanyakan apakah iman mereka telah meresap. Bahkan banyak yang mengaku dirinya beragama islam tetapi masih bisa melakukan kemaksiatan dan segala apapun yang dilarang Allah SWT.

            Contohnya, banyak dikalangan pejabat (elit politik) yang mereka mengaku islam tetapi tidak menerapakan nilai-nilai dalam islam, seharusnya mereka menjadi pemimpin mengerti dan paham tentang nilai-nilai dalam islam. Di tangan penguasa atau politisi yang ambisius, agama yang lahir untuk membimbing ke jalan yang benar disalah fungsikan menjadi alat legitimasi kekuasaan; agama yang mestinya bisa mempersatukan umat malah dijadikan alat untuk mengkotak-kotakkan umat, atau bahkan dijadikan dalil untuk memvonis pihak-pihak yang tidak sejalan sebagai kafir, sesat, dan tuduhan jahat lainnya, disfungsi atau penyalahgunaan fungsi agama inilah yang seyogianya diperhatikan oleh segenap ulama, baik yang ada di organisasi-organisasi Islam.

            Tegas Nurkholis madjid tidak ada satu pun agama besar dimuka bumi ini yang lebih rendah kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologinya dari pada islam. Keaadaan yang sepperti itu terjadi karena banyak umat islam tidak mau memahami dan menerapkan apa yang ada di Al- Qur’an dan Hadis.[4]

 

 

Rasulullah saw. Bersabda :

            “ Telah aku tinggalkan dua hal pusaka yang kalau kalian berpegang teguh pada keduanya kalian tidak akan tersesat yaitu Al-Qur’an dan As-sunnah”

            Ulama harus mempu mengembalikan fungsi agama karena Agama bukan benda yang harus dimiliki, melainkan nilai yang melekat dalam hati.Mengapa kita sering takut kehilangan agama, karena agama kita miliki, bukan kita internalisasi dalam hati. Agama tidak berfungsi karena lepas dari ruang batinnya yang hakiki, yakni hati (Qalbu).

            Itulah sebab, mengapa Rasulullah SAW pernah menegaskan bahwa segala tingkah laku manusia merupakan pantulan hatinya. Bila hati sudah rusak, rusak pula kehidupan manusia. Hati yang rusak adalah yang lepas dari agama. Dengan kata lain, hanya agama yang diletakkan di relung hati yang bisa diobjektifikasi, memancarkan kebenaran dalam kehidupan sehari-hari.Sayangnya, kita lebih suka meletakkan agama di arena yang lain: di panggung atau di kibaran bendera, bukan di relung hati.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

                                                  

 

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

            Agama adalah sumber nilai dan norma yang bersifat universal yang dapat membentuk sikap dan perilaku seseorang dalam menghadapi dunia nyatanya. Disinilah peran agama. Bahkan dikatakan bahwa manusia sebagai makhluk sosial belum menjadi manusia sepenuhnya tanpa agama (Nilsen, 1980: 9). Dalam perspektif Al-Quran dinyatakan bahwa kualitas kemanusiaan manusia beriman terletak pada keimanan dan ketakwaannya

            Manusia takwa adalah manusia yang mampu memimpin dan mengendalikan diri untuk melaksanakan perintah Allah, mampu memimpin dan mengendalikan diri untuk tidak melakukan larangannya baik yang berhubungan dengan Allah maupun berkaitan dengan urusan dunia. Untuk mencapai predikat takwa maka perlu upaya menyerasikan atau mengintegrasikan dimensi keyakinan (tauhid), dimensi peribadatan (syariah), dimensi akhlak (etika) dan dimensi keduniaan (muamalah) yang terdapat dalam ajaran Islam dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Karakteristik iman sebagai fondasi ajaran agama akan membentuk manusia beriman. Manusia beriman mengimplementasikan hablumminallah dan hablumminannas secara seimbang dan terpadu dalam kehidupan sehari-hari.

           

 

 

 

 

 

 

 

3.2 Saran-saran

1.    Keimanan kita harus meresap ke dalam hati karena antara tauhid dengan ilmu adalah satu kesatuan hanya agama yang diletakkan di relung hati yang bisa diobjektifikasi, memancarkan kebenaran dalam kehidupan sehari-hari.

2.    Untuk mencapai predikat takwa maka perlu upaya menyerasikan atau mengintegrasikan dimensi keyakinan (tauhid), dimensi peribadatan (syariah), dimensi akhlak (etika) dan dimensi keduniaan (muamalah).

3.    Untuk itu ajaran agama perlu dipelajari, diketahui, diyakini dan dihayati secara utuh dan diamalkan dalam kehidupan baik secara individual maupun secara kolektif,

4.    Selain membaca Al-Qur’an hendaknya kita juga memahaminya.

5.    Wassalam.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

                                                            

 

DAFTAR PUSTAKA

1.    Abdul Hakim,Ahmad Atang dan Mubarok,jaih.1999. Metodologi Study Islam.Banndung:Remaja Rosda Karya



 



[1] Drs.Ahmad Atang Abdul Hakim, MA.dan Dr.Jaih Mubarok. Metodologi Study Islam.(Banndung:Remaja Rosda Karya.1999).hlm 17
[2] http://iissadiyah1.blogspot.com/2012/10/makalah-agama-peran-dan-fungsi-agama.html. diakses pada. 12April. hari jum’at. Pukul 16.30.WIB.
[4] Ibid. hlm.25

Tujun Pendidikan Islam


TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM

Disusun dalam Rangka Memenuhi Tugas dalam Mata Kuliah Ilmu Pendidikan Islam Oleh Dosen: Busahdiar, MA.

 

 

Description: C:\Users\Public\Documents\LOGO UMJ.jpg

 

 

 

 

 

 

 

 

DISUSUN OLEH :

 

1.      Nouval Dhiya’ Hanan        (2012510029)

2.      Lazuardi Eka putra H        (2012510004)

3.       Qonita Lutfiah                  (2012510025)

 

 

Program Studi Pendidikan AgamaIslam

Fakultas Agama Islam

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

2012

 

 

 

Kata Pengantar

            Segala puji bagi Allah, kita memuji-Nya, memohon pertolongan dan ampunan kepada-Nya, kita berlindung kepada Allah dari kejahatan diri kita dan kejelekan amalan-amalan kita. Barang siapa yang Allah beri hidayah, maka tidak ada yang dapat menyesatkannya dan barang siapa yang Allah sesatkan, maka tidak ada yang dapat memberinya hidayah. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya.

      Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ilmu Pendidikan  Islam pada - Program Studi Pendidikan Agama Islam – Fakultas Agama Islam – Universitas Muhammadiyah Jakarta.

      Disadari sepenuhnya bahwa tulisan ini masih jauh dari lengkap, apalagi dikatakan sempurna. Apa yang tersirat tidak sepenuhnya dapat dituliskan secara jelas, sebaliknya apa yang telah tersurat juga belum tentu dapat dimengerti pembaca dengan baik. Semua itu adalah cerminan dari sebagian kekurangan-kekurangan yang ada dalam diri kami. Untuk itu, bantuan dan saran dari semua pihak masih diharapkan untuk kesempurnaan tulisan ini.

      Lebih dari itu, dalam kesempatan ini kami menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, dorongan, bimbingan dan arahan kepada kami. Semoga seluruh niat baik, amal ibadah, dan keikhlasan berbagai pihak yang telah membantu proses pembuatan makalah ini, mendapatkan berkah dan kenikmatan berlimpah dari Allah.

      Mudah-mudahan apa yang kami tulis bermanfaat untuk kami, dan teman-teman. Semoga shalawat dan salam dilimpahkan kepada Rasulullah, keluarganya, para Sahabatnya, dan orang-orang yang mengikuti jejak mereka sampai hari Kiamat.

 

 

 

 

 

 

 

Daftar Isi

 

 

Kata Pengantar____________________________________________________________ iv

Daftar isi ________________________________________________________________ v

Pembahasan ______________________________________________________________ 1

A.    Pengertian Tujuan Pendidikan Islam _________________________________  1

B.     Konsep Pendidikan Islam  _________________________________________  2

C.     Macam-macam Tujuannya _________________________________________ 3

D.    Tujuan Pendidikan Islam & Kaitannya dengan Pendidikan Nasional ________ 4

Kesimpulan ______________________________________________________________ 5

Daftar pustaka ____________________________________________________________ 6

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Pendahuluan

            Pada masa sekarang, masa dimana globalisasai tidak bisa dihindari, akan tetapi adanya perkembangan zaman itulah yang harus diterima dengan cara apapun. Ilmu pengetahuan bagi manuasia merupakan suatu hal yang penting untuk kelanjutan eksistensinya dan untuk mempertahankan hidupnya. waktu dan masa itu ditentukan oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu Allah SWT membekali manusia dengan ilmu pengetahuan agar dapat mengatur dan mengolah bumi untuk kepentingan seluruh umat manusia. Ilmu pengetahuan itu dijadikan sebagai salah satu modal dasar untuk mengolah sumber daya alam, agar manusia dapat lebih mengembangkan potensinya dalam mengenal dan mengabdikan dirinya kepada Alloh SWT.

                Pendidikan Islam adalah salah satu cara untuk merubah pola hidup mereka. Tetapi yang menjadi pertanyaan adalah pendidikan Islam itu seperti apa. Manusia yang dibina adalah makhluk yang memiliki unsur-unsur material (jasmani) dan imaterial (akal dan jiwa). Pembinaan akalnya menghasilkan ilmu. Pembinaan jiwanya menghasilkan kesucian dan etika, sedangkan pembinaan jasmaninya menghasilkan keterampilan.

            Untuk lebih jelasnya berikut ini kami akan menguraikannya dalam makalah ini dengan pembahasan Tujuan Ilmu Pendidikan Islam.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Pembahasan

A.    Pengertian Tujuan Pendidikan Islam

           

            Tujuan merupakan suatu yang diharapkan setelah usaha selesai. Dapat pula diartikan sebagai apa yang hendak dicapai dalam aktivitas yang didukung segala sarana dan prasarana yang baik. Pendidikan merupakan aktivitas perubahan sebagai upaya penanaman nilai-nilai spiritual dan materi yang dilakukan oleh orang dewasa secara sadardan bertanggung jawab pada anak-anak . sedangkan Islam ialah suatu ajaran yang menjadi prinsip dan sebagai penyempurna yang akan mengarahkan jalan hidup manusia berdasarkan Al-qur’an dan Hadits.

            Dari definisi diatas maka, tujuan pendidikan agama islam adalah segala sesuatu yang hendak dicapai dalam penanaman nilai materi dan spiritual secara sadar dan bertanggung jawab berdasarkan Al-qur’an dan Hadits.

                Menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Bab 1 ayat 1, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

            Maka tujuan pendidikan Islam juga identik dengan tujuan Islam itu sendiri. Sedanagkan Muhammad Umar Altomi Al-Zaibani yg dikutip oleh Djalaluddin mengatakan tujuan pendidikan Islam adalah untuk mempertinggi nilai-nilai akhlak hingga mencapai akhlak ul karimah. Tujuan ini sama dan sebangun dengan tujuan yang akan dicapai oleh misi Rasulullah Saw. Yaitu :

  عن ابي هر يرة رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : اِنَّمَا بُعِثْتُ لِاُ تَمِمَ مَكَا رِ مَ الْاَخْلاَقْ

  1. Dari Abu Hurairah Radliyallahu 'Anhu (semoga Allah meridlainya) ia berkata, bahwa Rasulallah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam telah bersabda: "Sesungguhnya aku diutus (oleh Allah) untuk menyempurnakan akhlak (manusia).

 

           

B.    Konsep Pendidikan Islam

 

            Pendidikan yang ada di negara kita mengalamai berbagai problem dan kendala yakni, kualitatif dan kuantitatif. skala kualitatif artinya betapa besarnya persoalan pendidikan yang kadar kehadirannya semakin sungsang. Sedangkan skala kuantitatif artinya masalah yang dihadapi menyangkut hampir seluruh aspek kehidupan manusia. Pemahaman terhadap nuansa pendidikan dalam visi problematika ada berbagai indikasi yang tertuang dalam berbagai pendekatan yakni :

1.      Pendekatan suprastruktur yang memperhatikan kedudukan pendidikan agama dalam dunia eksistensi meliputi :

 

a.      Akselerasi social dimana percepatan budaya dan informasi sangat berpengaruh

b.      Budaya matrealis dan individualis

c.       Lingkungan pergaulan

 

2.      Pendekatan infrastruktur yang memperhatikan kemampuan yang ada dalam pendidikan itu sendiri meliputi :

 

a.      Praktik pengajaran yang optimal

b.      Sarana pendidikan yang memadai

c.       Penggalian pendidikan yang belum maksimal

 

                Konsep utama pendidikan islam adalah Al-qur’an dan hadits di samping qiyas, nilai kebaikan, adat dan ijtihad atau pendapat para pakar pendidikan. Konsep pendidikan islam menyangkut kehidupan manusia seutuhnya yang tidak hanya memperhatikan segi aqidah saja tetapi lebih luas dari itu  yakni:

a.       Pendidikan islam mencakup semua dimensi manusia sebagaimana ditentukan oleh islam

b.      Pendidikan islam menjangkau kehidupan dunia dan akhirat secara seimbang

c.       Pendidikan islam memperhatikan manusia dalam segala gerak kehidupan

d.      Pendidikan islam berlanjut sepanjang hayat

e.      Kurikulum pendidikan islam akan menghasilkan manusia yang mengerti akan hak dan kewajibannya di dunia dan di akhirat

                Berdasarkan konsep diatas maka dari sana sudah tergambar apa yang menjadi tujuan pendidikan islam yaitu untuk membina manusia agar menjadi hamba Allah yang shaleh dalam seluruh aaspek kehidupan baik perbuatan, perkataan, pikiran, dan perasaan.

 

C.     Macam - macam Tujuan pendidikan islam

            Tujuan pendidikan islam dalam lembaga-lembaga pendidikan pada masa perkembangannya tidak selalu tetap. Seperti tujuan pendidikan pada abad pertama Hijriyah berbeda dengan tujuan pendidikan pada abad keempat Hijriyah. Hal ini dikarenakan perbedaan aliran paham mereka.

Dari berbagai macam tujuan pendidikan yang ada, terdapat dua macam tujuan yang prinsipil, diantaranya adalah tujuan keagamaan dan tujuan keduniaan.

 

 

1.      Tujuan Keagamaan

            Yang dimaksud dengan tujuan keagamaan adalah bahwa setiap ptibadi orang muslim beramal untuk akhirat atas petunjuk dan ilham keagamaan yang benar, yang tumbuh dan dikembangkan dari ajaran-ajaran islam yang bersih dan suci. Tujuan keagamaan juga mengandung makna yang lebih luas yaitu suatu petunjuk yang benar yang harus diikuti oleh setiap muslim dengan ikhlas sepanjang hayatnya dan msyarakt manusia berjalan secara manusiawi.

2.      Tujuan Keduniaan

Tujuan keduniawian sebagaimana menurut paham pragmatism yang pelopori oleh John Dewey dan William Kilpatrick adalah diarahkan pada pekerjaan yang berguna dan untuk  mempersiapkan anak menghadapi kehidupan masa mendatang.

 

Para filosof mempunyai rumusan yang berbeda-beda tentang tujuan pendidikan yakni :

·         Aristoteles mengatakan bahwa tujuan pendidikan adalah mempersiapkan akal untuk memperoleh ilmu pengetahuan sebagaimana bumii disediakan untuk tumbuhan dan hewan

·         Immanuel kant mengatakan bahwa tujuan pendidikan adalah untuk mengangkat manusia kepa kesempurnaan yang mungkin dicapai

·         Herbert spencer mengatakan bahwa tujuan pendidikan adalah mempersiapkan manusia supaya dapat hidup dengan kehidupan yang sempurna.

Selanjutnya Abdullah Al-fayad juga membagi tujuan pendidikan menjadi dua macam :

1.      Persiapan untuk hidup diakhirat

2.      Membentuk perorangan dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan untuk menunjang kesukseesan hidup didunia

            Maka dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan islam mengandung implikasi abadi dan positif. Abadi karena tujuan akhir tersebut dapaat menembus dimensi ruang dan waktu sedang positif karena senantiasa membentuk perkembangan potensi bawaan manusia sebagai mahkluk jasmani dan rohani ciptaan tuhan.

 

D. Tujuan Pendidikan Islam dan Kaitannya dengan Tujuan Nasional

                Tujuan pendidikan islam dan tujuan pendidikan nasioal tidak dapat dipisahkan. Hal ini dapat diketahui dari dua segi, pertama dari konsep penyusunan system pendidikan nasional sendiri. Kedua dari konsep hakikat pendidikan islam dalam kehidupan beragama. Penyusunan suatu system pendidikan nasional mementingkan masalah eksistensi manusia pada umumnya dan bangsa Indonesia khususnya yang tertuang dalam proklamasi kemerdekaan . dilihat dari hakikat pendidikan agama islam yang telah menyebar hampir keseluruh nusantara yakni sekolah pemerintah berdasarkan agama dan sekolah swasta berdasarkan kebangsaan lembaga inilah yang menjadi modal pendidikan nasional .

                Kaitannya antara pendidikan islam ada pada UU No. 12 tahun 1954 dan UU No. 4 tahun 1950 yang menyatakan bahwa tujuan pendidikan adalah membentuk manusia yang cakap dan warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawabtentang kesejahteraan masyarakat dan tanah air.

Bagian –bagian tertentu dalam tujuan pendidikan nasional adalah:

a.       Tujuan Institusional, yaitu tujuan yang hendak dicapai dengan tingkat, jenis, dan jenjangnya

b.      Tujuan Kurikuler, yaitu berdasarkan kurikulum atau kegiatan-kegiatan mata pelajaran sesuai dengan target

c.       Tujuan Instruksional Umum, yaitu rumusan tujuan pengkhususan dari tujuan kurikuler

d.        Tujuan Instruksional khusus, yakni rummusan tujuan yang lebih khusus

 

                Dalam pendidikan islam dan proses belajar mengajar atau hasil belajar selalu inhern dengan keislaman yang melandasi aktivitas belajar yaitu Al-qur’an dan hadits serta terbuka untuk unsure-unsur luas secara adaftif. Perubahan yang dikehendaki islam yaitu perubahan yang dapat menjembatani individu dengan masyarakat dan khaliqnya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 Kesimpulan

 

Dari beberapa uraian yang telah penulis kemukakan dari beberapa pendapat para tokoh pendidikian Islam bahwa pendidikan pada dasarnya memiliki beberapa tujuan. Tujuan yang terpenting adalah pembentukan akhlak objek didikan sehingga semua tujuan pendidikan dapat dicapai dengan landasan moral dan etika Islam, yang tentunya memiliki tujuan kemashlahatan di dalam mencapai tujuan tersebut. Mengenai mekanisme pelaksanaanya, hal ini tentunya memerlukan kajian yang lebih mendalam sehingga nantinya implementasi dari teori tersebut dapat dipertanggungjawabkan dan dipandang relevan dengan kondisi yang terikat dengan faktor-faktor tertentu.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Daftar Pustaka

 

UU Sisdiknas No. 20 tahun. 2003

Djalaludin, Teologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo 2001)

 


UU No. 12 tahun 1954,UU No. 4 tahun 1950