BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Seluruh konsep kehidupan telah ada pada islam yang bersumber pada Al-qur’an
dan Hadits. Banyak orang diluar islam yang menerapkan suatu nilai yang
konsepnya telah ada pada islam. Contohnya tentang kebersihan banyak orang yang
menerapkan kebesihan seperti negara jepag, negara ini termasuk negara paling
bersih dari sampah tetapi justru banyak orang islam sendiri yang tidak
menerapkan kebersihan.
Pada masa sekarang, masa dimana globalisasai
tidak bisa dihindari, akan tetapi adanya perkembangan zaman itulah yang harus
diterima dengan cara apapun. Ilmu pengetahuan bagi
manuasia merupakan suatu hal yang penting untuk kelanjutan eksistensinya dan
untuk mempertahankan hidupnya. waktu dan masa itu ditentukan oleh perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu Allah SWT membekali manusia
dengan ilmu pengetahuan agar dapat mengatur dan mengolah bumi untuk kepentingan
seluruh umat manusia.
Untuk
itu kita perlu mengkaji dan memahami nilai-nilai yang ada di Al-Qur’an dan
menerapkannya dalam kehidupan kita. Untuk lebih jelasnya
berikut ini kami akan menguraikannya dalam makalah ini dengan pembahasan Islam
sebagai Agama dan perannya dalam kehidupan.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, pemakalah
merumuskan masalah, diantaranya ialah :
1. Apa
hubungannya Islam dengan Ilmu
2. Bagaimana peran agama islam dalam kehidupan?
1.3. Tujuan Penulisan
Berdasarkan dengan masalah yang telah dirumuskan, tujuan
penulis adalah :
1. Untuk menyelesaikan makalah ini
2. Agar menambah wawasan dan
paham peran agama islam dalam kehidupan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Hubungan Tauhid
dengan Ilmu
Membahas
mengenai Iman pasti berbicara mengenai Ilmu karena seseorang beriman tentu
dengan Ilmu tidak mungkin seseorang beriman tanpa ilmu. Karena iman dan ilmu
adalah sesuatu yang berbeda tetapi tidak bisa untuk dipisahkan. Karena iman itu
adalah keyakinan yang meresap pada diri seseorang sedangkan ilmu adalah suatu
pengetahuan yang mendasar agar semakin kuat dan kokoh keyakinan tersebut.
Allah SWT berfirman dalam surat Al-Hajj
ayat 65 yang artinya :
“Tidakkah engkau memperhatikan bahwa
Allah menundukan bagimu (manusia) apa yang ada di bumi, dan kapal yang berlayar
di lautan dengan perintahnya. Dan dia menahan (benda-benda langit) agar tidak
jatuh ke bumi, melainkan dengan izinnya? Sungguh Allah maha pengasih, maha
penyayang kepada manusia”.
Nur Kholis Mdjid membuat teori Taskhir [1]
Table 1
Tauhid
Alam harus tunduk
kepada Manusia
Menguasai alam berarti menguasai hukum alam
IPTEK dikembangkan
berdasarkan hukum alam
|
Syirik
Tunduk kepada alam
Berarti dikuasai
alam
Kehidupan yang tunduk
kepada alam berarti identik dengan kebodohan, kemiskinan, danketerbelakangan
|
Apabila
tunduk kepada selain Allah berarti manusia menyalahi fungsinya sebagai
khalifah, tunduk kepada selain Allah berarti tunduk kepada alam, tunduk kepada
alam berarti syirik.
Allah SWT berfirman dalam surat Luqmaan ayat
20 yang artinya :
“Tidakkah
kamu memperhatikan bahwa Allah telah menundukan bagimu apa yang ada di langit
dan apa yang ada di bumi untuk (kepentiangan)mu dan menyempurnakan nikmatnya
untukmu lahir dan batin. Tetapi diantara manusia ada yang membantah tentang
(keesaan) Allah tanpa petunjuk dan ilmu
dan tanpa kitab yang memberi penerangan”.
Ketika
manusia bertauhid kepada Allah dengan bertaqwa semuanya Allah tundukan baik
yang ada di langit maupun yang ada di bumi dalam arti dijadikannya manusia itu
sebagai khalifah dimuka bumi ini untuk mengatur kelestarian alam dengan
ilmu-ilmu yang mereka miliki
2.2 Peran Dan Fungsi Agama dalam
Kehidupan
Ada beberapa alasan tentang mengapa agama itu
sangat penting dalam kehidupan manusia, antara lain adalah :[2]
v Karena agama merupakan
sumber moral
v Karena agama merupakan
petunjuk kebenaran
v Karena agama
memberikan bimbingan rohani bagi manusia baik di kala suka, maupun di kala
duka.
Manusia sejak dilahirkan ke dunia ini dalam keadaan lemah dan
tidak berdaya, serta tidak mengetahui apa-apa sebagaimana firman Allah dalam Q.
S. al-Nahl (16) : 78 yang Artiinya :
“Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
tahu apa-apa. Dia menjadikan untukmu pendengaran, penglihatan dan hati, tetapi
sedikit di antara mereka yang mensyukurinya.”
Dalam keadaan yang demikian itu, manusia senantiasa dipengaruhi
oleh berbagai macam godaan dan rayuan, baik dari dalam, maupun dari luar
dirinya. Godaan dan rayuan dari dalam diri manusia dibagi menjadi dua bagian,
yaitu
v Godaan dan rayuan yang
berusaha menarik manusia ke dalam lingkungan kebaikan, yang menurut istilah
Al-Gazali dalam bukunya ihya ulumuddin disebut dengan malak Al-hidayah yaitu
kekuatan-kekuatan yang berusaha menarik manusia kepada hidayah ataukebaikan.
v Godaan dan rayuan yang
berusaha memperdayakan manusia kepada kejahatan,yang menurut istilah Al-Gazali
dinamakan malak al-ghiwayah, yakni kekuatan-kekuatan yang berusaha menarik
manusia kepada kejahatan
Disinilah letak fungsi
agama dalam kehidupan manusia, yaitu membimbing manusia kejalan yang baik dan
menghindarkan manusia dari kejahatan atau kemungkaran.
2.3 Sosialisasi dan Inkulturasi Nilai-Nilai Agama
Paradigma
pemikiran pentingnya peranan agama atau implementasi asas iman dan takwa dalam
pembangunan karena yang beragama adalah manusia sebagai makhluk sosial
sekaligus sebagai subyek dan obyek pembangunan. Karena itu agama dan masyarakat
mempunyai jalinan erat dan saling mempengaruhi satu sama lain.
Agama
adalah sumber nilai dan norma yang bersifat universal yang dapat membentuk
sikap dan perilaku seseorang dalam menghadapi dunia nyatanya. Disinilah peran agama.
Bahkan dikatakan bahwa manusia sebagai makhluk sosial belum menjadi manusia
sepenuhnya tanpa agama (Nilsen, 1980: 9).[3]
Dalam perspektif Al-Quran dinyatakan bahwa kualitas kemanusiaan manusia beriman
terletak pada keimanan dan ketakwaannya. Allah berfirman dalam surat Al-Hujarat
ayat 13 yang artinya :
“…..sungguh,
yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa.
Sungguh Allah maha mengetahui, maha teliti”
. Manusia
takwa adalah manusia yang mampu memimpin dan mengendalikan diri untuk
melaksanakan perintah Allah, mampu memimpin dan mengendalikan diri untuk tidak
melakukan larangannya baik yang berhubungan dengan Allah maupun berkaitan
dengan urusan dunia. Untuk mencapai predikat takwa maka perlu upaya
menyerasikan atau mengintegrasikan dimensi keyakinan (tauhid), dimensi
peribadatan (syariah), dimensi akhlak (etika) dan dimensi keduniaan (muamalah)
yang terdapat dalam ajaran Islam dalam berbagai aspek kehidupan manusia.
Karakteristik iman sebagai fondasi ajaran agama akan membentuk manusia beriman.
Manusia beriman mengimplementasikan hablumminallah
dan hablumminannas secara
seimbang dan terpadu dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk itu ajaran agama perlu
dipelajari, diketahui, diyakini dan dihayati secara utuh dan diamalkan dalam
kehidupan baik secara individual maupun secara kolektif, baik dalam kehidupan
bermasyarakat maupun berbangsa dan bernegara. Dalam shalat contohnya ketika
kita duduk tasyahud akhir mengucapkan salam maksudnya setelah hablumminallah kita lakukan setelh itu
kita melakukan hablumminnanas dengan
baik seperti saling memberi salam, saling menghormati satu sama lain agar
tercipta hubungan yang harmonis antara anggota masyarakat.
Tetapi justru banyak pada umat islam
sendiri yang tidak menerapkan nilai-nilai yang telah ada, yang perlu ditanyakan
apakah iman mereka telah meresap. Bahkan banyak yang mengaku dirinya beragama
islam tetapi masih bisa melakukan kemaksiatan dan segala apapun yang dilarang
Allah SWT.
Contohnya,
banyak dikalangan pejabat (elit politik) yang mereka mengaku islam tetapi tidak
menerapakan nilai-nilai dalam islam, seharusnya mereka menjadi pemimpin
mengerti dan paham tentang nilai-nilai dalam islam. Di tangan penguasa
atau politisi yang ambisius, agama yang lahir untuk membimbing ke jalan yang
benar disalah fungsikan menjadi alat legitimasi kekuasaan; agama yang mestinya
bisa mempersatukan umat malah dijadikan alat untuk mengkotak-kotakkan umat,
atau bahkan dijadikan dalil untuk memvonis pihak-pihak yang tidak sejalan
sebagai kafir, sesat, dan tuduhan jahat lainnya, disfungsi atau penyalahgunaan
fungsi agama inilah yang seyogianya diperhatikan oleh segenap ulama, baik yang
ada di organisasi-organisasi Islam.
Tegas Nurkholis
madjid tidak ada satu pun agama besar dimuka bumi ini yang lebih rendah
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologinya dari pada islam. Keaadaan yang
sepperti itu terjadi karena banyak umat islam tidak mau memahami dan menerapkan
apa yang ada di Al- Qur’an dan Hadis.[4]
Rasulullah saw. Bersabda :
“ Telah aku tinggalkan dua hal
pusaka yang kalau kalian berpegang teguh pada keduanya kalian tidak akan
tersesat yaitu Al-Qur’an dan As-sunnah”
Ulama harus
mempu mengembalikan fungsi agama karena Agama bukan benda yang harus dimiliki,
melainkan nilai yang melekat dalam hati.Mengapa kita sering takut kehilangan
agama, karena agama kita miliki, bukan kita internalisasi dalam hati. Agama
tidak berfungsi karena lepas dari ruang batinnya yang hakiki, yakni hati (Qalbu).
Itulah sebab,
mengapa Rasulullah SAW pernah menegaskan bahwa segala tingkah laku manusia merupakan
pantulan hatinya. Bila hati sudah rusak, rusak pula kehidupan manusia. Hati
yang rusak adalah yang lepas dari agama. Dengan kata lain, hanya agama yang
diletakkan di relung hati yang bisa diobjektifikasi, memancarkan kebenaran
dalam kehidupan sehari-hari.Sayangnya, kita lebih suka meletakkan agama di
arena yang lain: di panggung atau di kibaran bendera, bukan di relung hati.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Agama adalah sumber nilai dan norma
yang bersifat universal yang dapat membentuk sikap dan perilaku seseorang dalam
menghadapi dunia nyatanya. Disinilah peran agama. Bahkan dikatakan bahwa
manusia sebagai makhluk sosial belum menjadi manusia sepenuhnya tanpa agama
(Nilsen, 1980: 9). Dalam perspektif Al-Quran dinyatakan bahwa kualitas
kemanusiaan manusia beriman terletak pada keimanan dan ketakwaannya
Manusia
takwa adalah manusia yang mampu memimpin dan mengendalikan diri untuk
melaksanakan perintah Allah, mampu memimpin dan mengendalikan diri untuk tidak
melakukan larangannya baik yang berhubungan dengan Allah maupun berkaitan
dengan urusan dunia. Untuk mencapai predikat takwa maka perlu upaya
menyerasikan atau mengintegrasikan dimensi keyakinan (tauhid), dimensi
peribadatan (syariah), dimensi akhlak (etika) dan dimensi keduniaan (muamalah)
yang terdapat dalam ajaran Islam dalam berbagai aspek kehidupan manusia.
Karakteristik iman sebagai fondasi ajaran agama akan membentuk manusia beriman.
Manusia beriman mengimplementasikan hablumminallah
dan hablumminannas secara
seimbang dan terpadu dalam kehidupan sehari-hari.
3.2 Saran-saran
1. Keimanan
kita harus meresap ke dalam hati karena antara tauhid dengan ilmu adalah satu
kesatuan hanya agama yang diletakkan di relung hati yang bisa
diobjektifikasi, memancarkan kebenaran dalam kehidupan sehari-hari.
2. Untuk
mencapai predikat takwa maka perlu upaya menyerasikan atau mengintegrasikan
dimensi keyakinan (tauhid), dimensi peribadatan (syariah), dimensi akhlak
(etika) dan dimensi keduniaan (muamalah).
3. Untuk
itu ajaran agama perlu dipelajari, diketahui, diyakini dan dihayati secara utuh
dan diamalkan dalam kehidupan baik secara individual maupun secara kolektif,
4. Selain
membaca Al-Qur’an hendaknya kita juga memahaminya.
5. Wassalam.
DAFTAR PUSTAKA
1. Abdul
Hakim,Ahmad Atang dan Mubarok,jaih.1999. Metodologi Study Islam.Banndung:Remaja
Rosda Karya
[1] Drs.Ahmad Atang Abdul Hakim, MA.dan Dr.Jaih Mubarok. Metodologi
Study Islam.(Banndung:Remaja Rosda Karya.1999).hlm 17
[2] http://iissadiyah1.blogspot.com/2012/10/makalah-agama-peran-dan-fungsi-agama.html.
diakses pada. 12April. hari jum’at. Pukul 16.30.WIB.
[3] http://bdkpalembang.kemenag.go.id/wawasan-islam-tentang-pluralitas-kehidupan-sosial-dan-kerjasama-kemanusiaan/.
diakses pada. 13April. hari sabtu. Pukul 14.30.WIB.
[4] Ibid. hlm.25
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.